Minggu, 29 November 2009

Militer Israel Diguncang Pemberontak Taat Agama

Jerusalem (ANTARA News/AFP) - Militer Israel telah diguncang oleh makin berkembangnya jumlah tentara taat agama garis keras, yang mengatakan bahwa mereka akan menolak untuk patuh terhadap perintah mengevakuasi permukiman Yahudi dari Tepi Barat.

Yang memprihatinkan adalah pernyataan petinggi tentang pembunuhan, bahwa pihaknya telah memperingatkan sekelompok rabbi(pendeta Yahudi) tidak akan menoleransi aksi-aksi protes politik, yang dilakukan oleh murid-murid mereka yang sedang menjalani tugas kemiliteran.

Mayjen Avi Zamir, kepala direktorat sumber daya manusia pada militer, mengatakan bahwa beberapa rabbi telah menyerukan kepada para penganut muda mereka, agar tidak taat kepada perintah yang bertentangan dengan keyakinan mereka.

Peringatan para pejabat senior itu muncul setelah terjadi dua insiden, yang dalam peristiwa itu tentara mengusung spanduk-spanduk yang berikrar menolak ikut ambil bagian dalam mengevakuasi permukiman Yahudi di masa depan, di Tepi Barat yang diduduki.

Beberapa prajurit yang taat beragama dipenjarakan setelah menolak ikut ambil bagian dalam penarikan secara sepihak Israel dari Jalur Gaza pada 2005.

Sebagian besar gerakan Zionist taat di Israel berpendapat bahwa Tepi Barat, wilayah Arab yang mereka duduki pada 1967 dan merupakan wilayah yang diinginkan bagi negara Palestina masa depan, sebagian bagian integral dari "Israel Raya".

Tentara-tentara ini, yang beberapa di antara mereka telah dipenjarakan, berasal dari kalangan seminari Yahudi atau yeshiva, yang memadukan antara dinas militer dan studi keagamaan.

Setiap tahun, mereka membentuk hampir 1.600 tentara rekrutan baru yang harus berdinas militer selama lima tahun, dua tahun lebih lama ketimbang wajib militer biasa.

Namun hanya 24 bulan dari periode ini, mereka mencurahkan di bidang kegiatan militer, selebihnya bebas melakukan belajar keagamaan di yeshiva, atau sekolah Talmudic.

Sebagian besar pemuda Yahudi ultra-ortodoks menolak menghindari dinas militer penuh dan menghadiri yeshiva.

Di kalangan tentara saat ini ditahan di dua yeshiva di Tepi Barat utara, termasuk Rabbi Eliakim Levanon, direktur Yeshiva Eilon Moreh, di dekat kota Palestina Nablus.

Rabbi lainnya, Eliezer Melamed dari satu yeshiva dekat Nablus, menyebarkan artikel yang membenarkan penolakan patuh terhadap perintah "manakala perintah mereka bertentangan hukum Taurat".

Dalam beberapa tahun terakhir ini, jumlah petugas dari komunitas Zionist yang taat agama semakin meningkat jumlahnya.

Namun juru bicara militer mengatakan, pihaknya tak punya statistik mengenai hal itu. Tetapi Rabbi Moshe Hager, direktur sekolah latihan militer memperkirakan, jumlah mereka hampir 30 persen.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar